Ruang digital yang terbuka telah dimanfaatkan oleh sebagian kelompok untuk mengekspresikan berbagai gagasan mengenai peradaban, keadaban dan kebajikan. Salah satu yang memanfaatkan ruang tersebut adalah komunitas One Day One Juz (ODOJ) yang lahir sebagai gerakan sosial keagamaan, dengan tujuan menjadikan tilawah Al-Qur’an sebagai aktivitas harian kaum Muslim. Oleh karena itu, sejak kemunculannya, komunitas ODOJ berupaya memanfaatkan kemajuan teknologi (media sosial) dalam menunjang visi dan misi gerakannya. Selain itu, komunitas ini lahir di era pasca reformasi di mana ruang kebebasan memberi peluang kepada setiap orang untuk mengekspresikan keberagamaannya.

Dengan menggunakan kerangka interpretatif yang bersumber dari teori gerakan sosial, buku ini menjelaskan tiga persoalan pokok. Pertama, peluang dan kesempatan politik (political opportunities), baik internal maupun eksternal, yang mendasari kelahiran dan perkembangan komunitas ODOJ. Kedua, mobilisasi struktur (mobilization structures) yang dilakukan ODOJ dalam mengembangkan gerakannya. Ketiga, proses pembingkaian kultural (cultural framings) yang dilakukan ODOJ sehingga gerakannya mendapatkan dukungan dari masyarakat luas.

Kajian atas komunitas ODOJ menunjukkan bahwa agama dan modernisasi tidak selalu berlawanan dan bertentangan sebagaimana teori sekulerisasi yang menyatakan bahwa agama secara sosial dan kultural akan menjadi tidak relevan dalam kehidupan masyarakat modern seiring dengan kemajuan (modernisasi). Faktanya, sebagaimana ditunjukkan komunitas ODOJ, agama bukan saja bisa bertahan menghadapi modernisasi, tetapi juga memainkan peranan dan identitas baru dalam masyarakat kontemporer.